Partner in Life (Part 2)

Sudah setengah jam lebih aku menunggu rider ojek online yang kupesan tetapi tak kunjung datang. Padahal aku harus segera ke kantor untuk bertemu dengan partner yang akan aku bimbing selama masa magang, jadi sangat tidak mungkin bagiku untuk datang terlambat. Tak lama rider yang kutunggu akhirnya datang. “Pagi. Mas Gintara Purnama, ya? Maaf mas lama, tadi saya nyasar,” katanya.
“Iya ngga apa-apa, Pak. Yuk, saya udah telat!” kataku.
Akhirnya setelah menunggu lama, perjalananku menuju kantor dimulai. Dengan lihai, rider ojek yang mengantarkanku mengendarai motornya menerjang ramainya jalanan ibukota yang dipenuhi kendaraan, berebut untuk menyelip di antara sela-sela kosong antrian kendaraan dengan motor-motor lain. Deru klakson kendaraan pun ikut meramaikan suasana jalanan. Seperti itulah jalanan yang biasa kulewati hampir setiap harinya dengan motor matic ku, namun motor yang kunamai dengan Joni itu masih berada di bengkel dan baru akan ku ambil malam ini.
Waktu di arloji yang dikenakan di tangan kiriku menunjukkan pukul 07.50, untung saja aku belum terlambat. Aku pun mempercepat langkah menuju lift yang akan membawaku ke lantai 24, kantor redaksi tempatku bekerja. Sampai di lantai 24, aku disambut oleh kerumunan orang yang kuyakini sebagai peserta magang. Mendadak aku teringat bahwa aku sama sekali belum membaca profil partnerku. Sontak, aku langsung berlari menuju meja kerjaku dan mengambil kertas berisi lampiran profil. Partnerku merupakan mahasiswi semester lima sebuah universitas swasta di Jakarta. Namanya Mayra Vanessa, sebuah nama yang cukup menarik. Aku tidak sabar untuk mengenalnya lebih dekat.
Setelah membaca profilnya, kukeluarkan kamera DSLR milikku dari dalam tas lalu mengalungkannya di leherku dan bergegas mencari meja sang partner karena kami harus segera liputan. Berdasarkan pas foto yang tertera di profil, gadis itu berambut pendek hampir menyentuh bahu dan berponi. Tak lama, mataku menemukan sosok gadis yang sesuai kriteria foto tersebut. Gadis itu mengenakan kemeja hitam serta balutan celana khaki. Ia sedang berjalan menuju mejanya. Tanpa menunggu waktu, aku segera menghampirinya.
“Permisi, mbak” kataku sambil menepuk pelan pundaknya. Seketika, ia memutar kursi kerjanya menghadap ke orang yang menepuk pundaknya. “Mbak yang namanya Mayra Vanessa bukan?” tanyaku memastikan gadis di hadapanku adalah partner kerjaku.
“Ya, benar. Ada yang bisa saya bantu?” jawabnya sambil memandangku kebingungan, bertanya-tanya siapa lelaki yang ada di hadapannya ini.
“Sebaiknya mbak bersiap-siap karena kita harus segera liputan. Oh ya, nama saya Gintara Purnama. Saya akan menjadi partner mbak selama masa magang,” kataku memperkenalkan diri sambil mengulurkan tanganku padanya. Dengan sedikit malu-malu ia pun menjabat tanganku.
Liputan pertama kami berlokasi di sebuah tempat makan dengan konsep unik yang sedang happening di Jakarta Selatan. Tempat yang mengusung konsep makan sambil bermain ini menyediakan beberapa ruangan kecil yang di dalamnya terdapat Play Station 4 atau Nintendo Wii, serasa seperti berada di rental. Ruangan tersebut kurang lebih muat untuk 5-6 orang dan harus dibooking jauh-jauh hari jika ingin memakai ruangannya karena terbatas. Yang di luar ruangan pun juga bisa sambil bermain, karena tempat ini juga menyediakan alat bermain seperti kartu remi, domino, ular tangga, kartu UNO, UNO Stacko, Scrabbles, papan catur, monopoli bahkan alat main tradisional seperti congklak pun disediakan. Tempat makan ini bisa menjadi godaan yang berat untuk orang-orang yang gemar bermain games seperti aku, bisa-bisa kantongku jebol kalau ketagihan nongkrong disini.

Liputan pertama selesai, kuputuskan untuk mengajak gadis yang baru saja menjadi partnerku beristirahat sejenak di café langgananku yang kebetulan tak jauh dari tempat makan barusan. Langit mendung yang menandakan akan turun hujan semakin memanggilku untuk segera melesat ke café langgananku. Sesampainya, aku langsung mengambil spot dekat jendela agar bisa melihat pemandangan luar. Tepat saat kami mendaratkan tubuh di kursi masing-masing, hujan pun turun, membuat suasana menjadi semakin menyenangkan untuk mengenal lebih dekat gadis di hadapanku yang akrab disapa Mayra.

Comments